0
PERAN DAN FUNGSI MAHASISWA

Sudah semestinya tatkala peserta didik dari jenjang dasar naik kejenjang menengah, jenjang atas masih akrab dengan sebutan siswa, tentu akhirnya jikalau ada kemauan, kemampuan, kesempatan maka akan masuk kedunia pendidikan yang lebih tinggi lagi yaitu diperguruan tinggi menjadi seorang mahasiswa.



Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya, mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat.
Mahasiswa juga belum tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dan sebagainya. Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme.

Idealisme: adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran tersebut.

lalu kenapa?

Memang apa sih kerennya jadi mahasiswa? Kamu pikir kamu keren kalau jadi mahasiswa? Dengan jas almamater yang heroik kamu jadi bisa kembali ke sekolah kamu atu di kampung kamu dan berkata, “saya sekarang mahasiswa UNIGORO loh” atau “ini nih lihat jaket kuning UNIGORO gw!”.

itu memang salah satu bagian menyenangkan yang bisa dibanggakan, tapi kalo sudah bangga, kamu mau apa? Apa yang kamu dapatkan dari kebanggaan tersebut?

‘seneng aja’

‘kepuasaan batin’

‘yah keren aja sih’

Terus apa sih tujuan kuliah?

Mahasiswa merupakan maha pencari ilmu dan dituntut untuk mengabdi kepada masyarakat untuk mengaplikasikan ilmunya di lingkungan masyarakat.

Loh apa urusannya dengan masyarakat? Gw kuliah juga dari hasil kerja / orang tua saya yang biayain.

Emmm.. ini kata mahasiswa ITB:


Sobat, kata rektor saya dulu, biaya standar untuk seorang sarjana teknik adalah Rp.28.000.000 setiap semesternya. Jumlah yang yang gak kecil loh, coba saya tanya berapa biaya kuliah? Dulu saya di Itb 1.850.000 per semesternya. Kabarnya sekarang sudah mencapai hingga 5 juta rupiah per semesternya. Okelah kita pakai standar sekarang saja, dan dengan asumsi biaya sarjananya tetap.

Dengan asumsi ini saja saya bisa mengatakan kalau dalam satu semester, minimal kita sudah memiliki hutang 23 juta per semesternya. Hutang? Pasti banyak yang bertanya, itu hutang ke siapa? Hutangnya ke Rakyat Indonesia sahabat. Mereka yang bayar pajak itu telah mensubsidi kuliah kamu.

Pendidikan yang berkualitas itu hakekatnya memang mahal, pertanyaannya siapa yang akan menanggung biaya pendidikan tersebut? Dalam kasus Indonesia, rakyatlah yang juga dibebankan untuk membiayai kuliah kita.

Saat pertama kali masuk ITB beberapa tahun yang lalu, seorang alumni yang sangat senior berbicara dalam sebuah sesi seminar.

"untuk masuk ITB, perbandingan tingkat kompetisinya adalah 1 banding 20. Artinya ketika kamu bahagia karena telah masuk ITB, ada 19 anak muda Indonesia lain yang menangis kecewa karena gagal diterima di ITB

Kamu kuliah di subsidi oleh rakyat, maka untuk membalas budi pengorbanan uang yang telah rakyat berikan, kamu minimal harus bisa kasih makan ke 76 orang lainnya. Darimana angka 76 tersebut?

Kita asumsikan 19 orang tersebut menikah dan memiliki dua anak saja, maka itu berarti 19 dikali 4 yaitu 76 orang”

Kata-kata tersebut selalu terngiang di benak saya hingga saat ini, saya selalu berpikir dan mencari jalan bagaimana bisa membuka kesempatan menambah penghasilan bagi 76 orang. Tentu bukan hanya dengan membuka lapangan kerja dengan menjadi entrepreneur, banyak cara untuk bisa berbagi seperti dengan aktivitas sosial.

Bagaimanapun caranya, itulah yang perlu kita sama-sama pikirkan. Bahwa kamu jadi mahasiswa itu tidak mudah dan tidak bisa asal-asalan. Kamu perlu tanya ke diri kamu, “saya mau berkontribusi apa selama jadi mahasiswa dan setelah lulus untuk negeri ini?



Inilah merupakan hakikat kuliah yang sebenarnya. Perlu disadari saja, tujuan kuliah adalah bukan hanya untuk mencari pekerjaan ataupun mencari gelar yang bergengsi. Tetapi, disini kita dituntut untuk lebih aktif dalam mengamalkan ilmunya ke dunia masyarakat. Karena di dalam dunia masyarakat, mahasiswa merupakan motor yang berperan aktif dalam menghidupkan kegiatan di lingkungan masyarakat. Mahasiswa juga dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang berintelektual dan bermoral.

Ironisnya, anggapan seperti itu hilang di mata masyarakat. Anggapan masyarakat saat ini adalah kuliah itu sebagai formalitas untuk mencari pekerjaan. Di zaman sekarang juga banyak mahasiswa (mungkin termasuk saya sendiri) yang membuang ilmu pengetahuan yang sebenarnya bisa banyak kita dapatkan. Kita melewati hari-hari kita dengan kegiatan yang tidak menambah ilmu pengetahuan. Mahasiswa banyak yang bermain-main di kos-kosan, tempat karaoke atau di rumahnya dibanding menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan membaca buku.

Sehingga kita menjadi mahasiswa yang hanya sekedar kuliah, mengerjakan tugas dan lulus, sehingga selama kita kuliah, ilmu yang didapat tidak bermanfaat. Sehingga Tidak dipungkiri, mahasiswa seperti inilah yang setelah lulus kuliah akhirnya menjadi pengangguran juga. Ada juga yang bekerja, tetapi tidak sesuai dengan jurusan yang diambilnya.

“astaghfirullah”

Saya rasa kata-kata itu hanya untuk atau lebih tepatnya cocok untuk mereka yang berotak pas-pasan, sedangkan saya kan cerdas!

Meskipun anda mendapat kutukan menjadi seorang yang pintar dan cerdas kelewat batas suka menabung, banyak teman, banyak pacar, banyak uang dan banyak segala-galanya kalau tujuan kuliah hanya untuk mendapat nilai A terus atau untuk mendapatkan IPK Cum Laude atau terancam Cum Laude tapi Yakin nih yang IPK nya 4.00 itu benar-benar cerdas? Jangan-jangan mereka cuma seorang robot yang jago menyelesaikan soal ujian, tetapi gamang dalam menghadapi soal kehidupan. Wkwkwkwkwkwkw (penulis)

Cerdas memang suatu keharusan namun harus menyimak kata dosen berikut ini


Pendidikan itu tidak berorientasi pada hasil akhir, tetapi pada proses di dalamnya.
Hasil akhir memang penting sebagai tolak ukur tetapi proses untuk mencapainya jauh lebih penting. Mahasiswa harus menjalani serangkaian proses belajar yang panjang, meskipun melelahkan, agar nanti memperoleh hasil yang memuaskan. Hasil akhir, yang dalam hal ini nilai kuliah, harus diperoleh dengan cara perjuangan. Saya sendiri dalam membimbing Tugas Akhir (skripsi) selalu memberi nilai mahasiswa berdasarkan proses dan kerja keras yang dia lakukan selama mengerjakan TA, bukan hanya pada perangkat lunak atau laporan akhir semata.


Halah pada akhirnya bener gw juga donk, gw selalu belajar dan dapat nilai A terus.!

Yakin? Itu kan Cuma sepenggal nasihatnya dibawah ini yang lengkap.


Pada awal semester perkuliahan saya selalu memberikan pesan-pesan kepada mahasiswa yang mengambil mata kuliah yang saya ampu. Saya katakan kepada mereka bahwa pergi kuliah bukanlah untuk mencari nilai (A, B, dan seterusnya), tetapi tujuan kuliah adalah untuk menimba ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Jika orientasi kuliah untuk memperoleh IPK tinggi, maka tujuan Anda kuliah di sini sudah melenceng. Kalau orientasinya nilai, Anda bisa meminta kepada saya mau nilai apa, mau A, B, C, tinggal pilih saja nanti saya beri. Mau? Semua mahasiswa menggeleng.


(wkwkwk kalau dosen saya yang penting absen penuh terus dapet A+++++++++ (+unlimited) wkwkwkw –penulis)

Baik, saya teruskan nasihat saya.


Mengapa tujuan kuliah bukan untuk mengejar nilai atau IPK tinggi? Jika itu tujuannya maka mungkin saja ada orang yang menghalalkan segala cara untuk memperoleh nilai bagus, mungkin ia menyontek dalam ujian, mungkin ia melakukan copy paste pekerjaan orang lain dalam membuat tugas, dan lain-lain. Caranya tidak penting, yang penting dapat nilai bagus.

(yah gw kena –penulis)

Lihatlah sekarang ini, banyak orang melakukan berbagai jalan pintas untuk mencapai tujuan dengan cara-cara instan tetapi ilegal. Ada calon anggota dewan yang menggunakan ijazah palsu supaya lolos seleksi administratif.
Ada akademisi yang melakukan plagiasi paper agar bisa naik pangkat.
Ada mahasiswa yang mengorderkan pengerjaan Tugas Akhirnya kepada orang lain atau “membeli” (yang jual skripsi di kampus enaknya diapain? Laporin polisi? Toh bukti sudah ada. Siapa? Alumni. Top lakukan) skripsi dari biro jasa lalu mempermaknya seolah-olah buatan sendiri. Ada pengusaha yang memberi uang suap supaya menang tender. Ada politisi yang memanfaatkan kedudukannya untuk memperoleh uang ‘panas’. Ada pejabat negara yang memanipulasi anggaran untuk memperkaya dirinya.

Semua perilaku yang ilegal di atas terjadi karena banyak orang yang hanya mementingkan hasil akhir ketimbang prosesnya. Proses tidak lagi penting, yang penting adalah hasil akhirnya sesuai dengan tujuan yang dia inginkan, karena itu berbagai cara instan ditempuh untuk memperoleh hasil akhir itu tanpa mempedulikan cara yang ditempuhnya salah.

Pendidikan itu tidak berorientasi pada hasil akhir, tetapi pada proses di dalamnya. Hasil akhir memang penting sebagai tolak ukur tetapi proses untuk mencapainya jauh lebih penting. Mahasiswa harus menjalani serangkaian proses belajar yang panjang, meskipun melelahkan, agar nanti memperoleh hasil yang memuaskan. Hasil akhir, yang dalam hal ini nilai kuliah, harus diperoleh dengan cara perjuangan. Saya sendiri dalam membimbing Tugas Akhir (skripsi) selalu memberi nilai mahasiswa berdasarkan proses dan kerja keras yang dia lakukan selama mengerjakan TA, bukan hanya pada perangkat lunak atau laporan akhir semata.

Saya menutup nasihat dengan mengatakan bahwa tujuan kuliah adalah untuk menimba ilmu atau menuntut ilmu, nilai soal belakangan. Ada proses di dalamnya yang harus dilakukan. Percayalah jika proses belajar dilakukan dengan baik maka nilai akan menyusul dengan sendirinya nanti. Setiap orang akan mendapat nilai sesuai jerih payah perjuangannya.


Luar biasa!!!!!!!

Ok ok itu bisa sedikit menjelaskan, tapi memang harus diakui gw luar biasa kan? Jika nilai saya bagus berarti gw cerdas dan pintar dan yang paling penting kan saya mendapat ilmu dan mendapatkan kerja yang layak!

Bisa sih kamu berkata seperti itu tapi jika cara pandang kamu seperti itu ya itu adalah hal yang salah.

Dari sekian banyak alasan yang kerap melatar belakangi tujuan seseorang untuk kuliah dan menjadi mahasiswa sebenarnya mencakup tiga hal pokok, yang kesemuanya berkaitan erat dengan kebutuhan ekonomis manusia, yakni: mendapatkan gelar sarjana, mencari ilmu pengetahuan, dan agar mudah mendapatkan pekerjaan berkelas di perusahaan ternama. Mari kita telaah satu per satu:

Pertama, kalau tujuan kita kuliah untuk mendapatkan gelar sarjana, maka kita tidak perlu susah payah bersaing untuk kuliah di kampus favorit, toh sekarang banyak kampus yang bisa dengan mudah memberikan kita ijazah lengkap dengan gelar sarjananya tanpa kita terlalu disibukan dengan aktivitas perkulihan. (coba tebak kampus siapa?)

Kedua, Jika yang jadi tujuan kita kuliah untuk sekadar mencari ilmu pengetahuan, bukankah setiap tempat bisa kita jadikan sebagai tempat untuk cari ilmu pengetahuan tanpa harus di kampus? Toh, yang namanya ilmu pengetahuan itu sama saja.

Kenapa kita tidak menggantikannya dengan cukup membeli buku-buku perkuliahan, lalu membacanya. Dari membaca tersebut kita juga bisa mendapatkan ilmu pengetahuan yang kita maksud. Kalau yang kita persoalkan dengan hanya membaca buku saja maka tidak ada dosen yang mengajarkan kita, maka kita bisa mensiasati hal itu dengan belajar privat dengan para dosen, atau kalau tidak mau ribet kita masuk saja Bimbel, yang di dalamnya telah terdapat buku, diktat dan pengajar. Bereskan?

Ketiga, agar nanti bisa mendapatkan pekerjaan berkelas di perusahaan ternama, bisa sukses dan kaya raya. Wah,.. kalau standar kesuksesan yang ingin dicapai semata dilihat dari berkelasnya pekerjaan dan kekayaan yang didapat, bukankah sudah banyak bukti orang-orang sukses dan kaya raya di negeri ini, justru berasal dari yang tidak pernah merasakan heroiknya bangku perkuliahan.
Sebut saja Bob Sadino (alm), Basrizal Koto keduanya masuk ke dalam jajaran pengusaha kelas top di negeri ini. Tapi mereka tidak pernah menjadi mahasiswa dan kuliah seperti kita.



Lantas bagaimana, apa seharusnya yang menjadi tujuan kita kuliah dan menjadi mahasiswa? Emmm,.. Sahabat, jika hari ini kita adalah mahasiswa tetapi belum sadar dengan tujuan kita, maka mari kita bersama-sama menetapkan tujuan kita terlebih dahulu.
Apakah kita hanya kan menjadi mahasiswa kupu-kupu yang hanya “kuliah pulang kuliah pulang” atau menjadi tipe kelabang yang “keliaran bangga” atau hanya menjadi tipe mahasiswa nyamuk “nyari muka” baik itu terhadap dosen atau pun orang yang dianggap penting, seperti istilah anjing akanmenuruti perintah majikannya, jika anjing menggogong diberi tulang maka anjing itu akan asyik dengan tulang tersebut.

Semoga kita tidak menjadi mahasiswa seperti diatas.

Sebenarnya hal seperti diatas itu tidak harus selalu dibebankan pada mahasiswa, baik dosen dan mahasiswa atau lebih tepatnya seluruh lapisan yang ada di kampus.

Bukankah pada saat Ospek kita pernah mendengar tentang TriDharma Perguruan Tinggi?


Tri Dharma Perguruan Tinggi terdiri dari 3 poin , yaitu :

1. Pendidikan dan Pengajaran
2. Penelitian dan Pengembangan
3. Pengabdian kepada Masyarakat

Tri Dharma Perguruan Tinggi bukan hanya menjadi tanggung jawab mahasiswa. Seluruh dosen (pendidik), serta orang – orang yang terlibat dalam proses pembelajaran ( sivitas akademika) memiliki tanggung jawab yang sama.

1. Pendidikan dan Pengajaran.

Pendidikan dan pengajaran adalah point pertama dan utama dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pendidikan dan pengajaran memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu proses pembelajaran.

Undang – undang tentang pendidikan tinggi menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dari pengertian pendidikan diatas maka proses pembelajaran yang ada di perguruan tinggi memiliki peranan penting untuk mencipkan bibit – bibit unggul. Pendidikan dan pengajaran yang baik akan menghasilkan bibit unggul dari suatu perguruan tinggi yang akan mampu membawa bangsa ini kearah bangsa yang lebih maju . lulusan – lulusan yang berkualitas dari perguruan tinggi akan menjadi penerus bangsa yang membawa Indonesia kearah yang lebih maju. Sesuai dengan pembukaan undang – udang dasar 1945 yang berbunyi, mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka pendidikan dan pengajaran harus menjadi pokok dan sumber utama dalam mencapai tujuan dari perguruan tinggi.

2. Penelitian dan Pengembangan

Peneitian dan pengembangan juga sangatlah penting bagi kemajuan perguruan tinggi, kesejahteraan masyarakat serta kemajuan bangsa dan negara. Dari penelitian dan pengembangan maka mahasiswa mampu mengembangkan ilmu dan teknologi . pada penelitian dan pengembangan mahasiswa harus lebih cerdas, kritis dan kreatif dalam mejalankan perannya sebagai agent of change. Mahasiswa harus mampu memanfaatkan penelitian dan pengembangan ini dalam suatu proses pembelajaran untuk memporoleh suatu perubahan – perubahan yang akan membawa Indonesia kearah yang lebih maju dan terdepan.

3. Pengabdian Kepada Masyarakat

Menurut undang – undang tentang pendidikan tinggi, pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pengabdian kepada masyarakan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan positif. Pada hal ini mahasiswa harus mampu bersosialisasi dengan masyarakat dan mampu berkontribusi nyata. Seperti yang kita ketahui selama ini bahwasannya mahasiswa adalah penyambung lidah rakyat, agent of change dan lainya. Maka dari itu mahasiwa haru mengetahui porsi dari tugas meraka masing – masing dalam mengabdi kepada masyarakat.

karena itu perlu dirumuskan perihal peran, fungsi, dan posisi mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.


1. Agent Of Change( Generasi Perubahan )

Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan.Artinya jika ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, mahasiswa dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya.
Dengan harapan bahwa suatu hari mahasiswa dapat menggunakan disiplin ilmunya dalam membantu pembangunan indonesia untuk menjadi lebih baik kedepannya.
Mahasiswa adalah salah satu harapan suatu bangsa agar bisa berubah ke arah lebih baik.
hal ini dikarenakan mahasiswa dianggap memiliki intelek yang cukup bagus dan cara berpikir yang lebih matang, sehingga diharapkan mereka dapat menjadi jembatan antara rakyat dengan pemerintah.

Hal-hal yang menunjang :
• Kesadaran Sosial (kepekaan serta kesadaran tentang kehidupan masyarakat, mengerti keadaan yang berkenaan dengan masyarakat, perlu diadakan komunikasi)
• Kematangan Berpikir (sudah dipikirkan (dipertimbangkan) baik-baik)
• Sikap Intelektual

2. Social Control( Generasi Pengontrol )

Sebagai generasi pengontorol seorang mahasiswa diharapkan mampu mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitar.
Jadi, selain pintar dalam bidang akademis, mahasiswa juga harus pintar dalam bersosialisasi dan memiliki kepekaan dengan lingkungan.
Mahasiswa diupayakan agar mampu mengkritik,memberi saran dan memberi solusi jika keadaan sosial bangsa sudah tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan bangsa,memiliki kepekaan, kepedulian, dan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi yang teraktual. Asumsi yang kita harapkan dengan perubahan kondisi social masyarakat tentu akan berimbas pada perubahan bangsa. Intinya mahasiswa diharapkan memiliki sense of belonging yang tinggi sehingga mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Tugas inilah yang dapat menjadikan dirinya sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi orang yang senantiasa mencarikan solusi berbagai problem yang sedang menyelimuti mereka.

Hal-hal yang menunjang :

• Kemantapan Spiritual yang stabil, aman, teguh hati, tetap tidak berubah yang berhubungan dengan kejiwaan (rohani/batin)
• Integritas Pribadi
• Ketauladanan

3. Iron Stock( Generasi Penerus )

Sebagai tulang punggung bangsa di masa depan, mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya di pemerintahan kelak. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan bangsa Indonesia namun juga bukan mahasiswa yang lembek .

Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus.

Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
Dalam hal ini mahasiswa diartikan sebagai cadangan masa depan.
Pada saat menjadi mahasiswa kita diberikan banyak pelajaran, pengalaman yang suatu saat nanti akan kita pergunakan untuk membangun bangsa ini.

Hal-hal yang menunjang :
• Kemandirian (bersifat keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain)
• Tanggung jawab pembelajaran dimana keadaan wajib menanggung segala sesuatunya kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dsb
• Penguasaan Iptek

4. Moral Force( Gerakan Moral )

Mahasiswa sebagai penjaga stabilitas lingkungan masyarakat, diwajibkan untuk menjaga moral-moral yang ada. Bila di lingkungan sekitar terjadi hal-hal yang menyimpamg dari norma yang ada, maka mahasiswa dituntut untuk merubah dan meluruskan kembali sesuai dengan apa yang diharapkan.

Mahasiswa sendiripun harus punya moral yang baik agar bisa menjadi contoh bagi masyarakat dan juga harus bisa merubah ke arah yang lebih baik jika moral bangsa sudah sangat buruk, baik melalui kritik secara diplomatis ataupun aksi.

Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya tentu saja tidak bisa disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan kontribusi terhadap bangsa.
Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis, dimana keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas, dan lain sebagainya.
Sehingga mahasiswa dapat dikatakan memiliki posisi diantara masyarakat dan pemerintah.

Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.

Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat.

Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa berdiri di antara idealisme dan realita. Tak jarang kita berat sebelah, saat kita membela idealisme ternyata kita melihat realita masyarakat yang semakin buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita secara tak sadar sudah meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang seharusnya kita miliki.

  Oleh karena itu, marilah kita lakukan peran dan fungsi mahasiswa dimulai dari hal kecil yang bisa kita lakukan dan bisa di mulai dari kampus sebelum memulai menerapkan di kehidupan sosial sebenarnya.

Mungkin sebagian dari mahasiswa pekerja akan beranggapan bahwa ini tidak penting tapi pada hakekatnya ketika anda daftar adalah ingin masuk universitas dan uang yang anda gunakan adalah untuk membiayai kuliah anda, namun ketika anda diminta terlibat aktif anda berkata bahwa anda mahasiswa pekerja dan tidak sempat mengikuti kegiatan atau pelajaran. Lalu untuk apa anda kerja jika kerja sebagai alasan untuk tidak kuliah dan kuliah untuk mendapat title untuk mendapat pekerjaan.

Kampus adalah pilihan terbaik bagi seseorang yang ingin melakukan pengembangan diri, menumbuhkembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya untuk diwujudkan menjadi kemampuan hidup (Life Skill).

Keberadaan kampus sebagai tempat pengembangan diri tidaklah bisa digantikan oleh tempat pengembangan diri yang lain. Selain karena disebabkan oleh adanya falsafah perguruan tinggi bernama Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat), di kampus juga terdapat proses akuturasi kehidupan (mulai budaya, pemikiran, ideologi, dll) yang hampir menyerupai kehidupan Negara sesungguhnya.

Kondisi seperti ini benar-benar akan sangat mewarnai kehidupan mahasiswa bahkan dapat menghantarkan mahasiswa pada kehidupan baru yang berbeda dari sebelumnya. Dan kondisi seperti ini tidaklah dapat ditemui ditempat lain selain kampus.

referensi
http://catatanaktivismuda.blogspot.in/2013/08/peran-fungsi-mahasiswa-pfm.html
http://muda.kompasiana.com/2012/06/10/tujuan-mahasiswa-kuliah-agar-mudah-dapat-kerja-463623.html
https://rinaldimunir.wordpress.com/2013/11/22/apa-tujuan-kuliahmu/
http://iqbalthemi.blogspot.in/2012/09/untukmu-maba2012-seri-2-mencari-tujuan.html
http://edukasi.kompasiana.com/2014/02/27/tri-dharma-perguruan-tinggi-636103.html
http://ridwansyahyusufachmad.com/2012/06/19/buat-apa-sih-kuliah-jangankuliah/

Post a Comment

 
Top