0
Kilas Sejarah 
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Indonesian Moslem Student Movement) atau yang disebut PMII adalah merupakan Organisasi Kemahasiswaan yang awalnya lahir sebagai Organisasi Underbow Nahdlatul Ulama (NU), Ormas terbesar di Indonesia. Kala itu (dasawarsa 1950-an), para Mahasiswa NU berhasrat untuk membuat suatu wadah tersendiri sebagai sarana untuk menampung Aspirasi mereka, dan keinginan itu ter-Ejawantah-kan dengan berdirinya Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama (IMANU) pada tahun 1955 (selang 2 tahun setelah IPNU berdiri), akan tetapi hal ini tidak mendapat Respons Positif dari PBNU karena IPNU yang baru 2 tahun berdiri masih belum berjalan Optimal. Sehingga, dengan menilik pertimbangan waktu, pembagian tugas dan efektifitas organisasi, Mahasiswa NU dibuatkan wadah “hanya” dalam bentuk Departemen Perguruan Tinggi IPNU. Akan tetapi, Wadah “jadi-jadian” ini masih belum mampu ‘tuk membendung Aspirasi dan Laju Gerak para Mahasiswa NU. Akhirnya, barulah pada tanggal 14-16 April 1960, Mahasiswa NU yang masih tergabung di IPNU berkumpul dan bermusyawarah untuk membuat Organisasi yang telah lama mereka idam-idamkan,. Dan pada tanggal 17 April 1960, diresmikanlah Organisasi-nya Mahasiswa NU dengan nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Dalam perjalanannya, PMII kemudian mulai menemui Hambatan akan Pola Gerakannya. PMII mulai mengalami keterbatasan langkah dan tidak strategis dalam gerakan jika masih dibawah naungan NU. Oleh karena itu, pada tahun 1972, PMII mendeklarasikan Independensinya pada pertemuan di Murnajati-Malang, sehingga PMII tidak lagi berada di bawah Payung Organisasi NU. Hal ini juga berarti bahwa, Proses Pendewasaan yang dilakukan PMII ini nantinya menjadi suatu ikrar bahwa Perjuangan PMII tidak untuk Golongan tertentu (termasuk NU), tetapi hanya komitmen pada perjuangan untuk rakyat seutuhnya.

Filosofi Nama PMII
Nama PMII terdiri dari 4 penggalan kata, yaitu :
Pergerakan (Dinamika)
Dalam hal ini, PMII adalah merupakan Organisasi yang selalu Dinamis untuk selalu membina dan mengembangkan Potensi dalam hal ke-Tuhan-an,kemanusiaan, dan ranah lingkungan sebagai manifesto dari kedudukan Manusia sebagai Khalifah Allah di bumi (Khalifatullah fil ‘Ardl).

Mahasiswa (Intelektualitas)
Mahasiswa merupakan perwujudan diri dari seorang yang Akademik (berpendidikan), Mandiri, dan mempunyai tanggung jawab sosial. Sehingga, PMII harus mampu membentuk Kader yang bercirikan hal tersebut di atas agar nantinya Kader PMII mampu menjawab tantangan zaman.

Islam (Religiusitas)
Islam adalah Agama Samawi yang merupakan Agama penyempurna dari Agama-agama terdahulu dan tidak hanya untuk suatu kaum, akan tetapi untuk seluruh Alam. Dengan Faham Ahlus Sunnah Wal Jama’ah sebagai metode berfikirnya, maka Islam mampu dengan tepat diterapkan di seluruh Dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, Kader PMII nantinya harus menjadi Insan yang agamis dan mampu menerapkan ajaran Islam sesuai dengan faham Ahlussunnah wal Jamaah.

Indonesia (Nasionalisme)
Indonesia adalah Negara Khatulistiwa yang terdiri dari ribuan Pulau, hal inilah yang juga turut menjadi faktor beraneka ragamnya Suku-suku di Indonesia dengan Adat-Istiadatnya yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap Nasionalisme yang kuat dengan mengesampingkan sifat-sifat kesukuan/kedaerahan agar tumbuh kesadaran Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. Dan kenapa Kata Indonesia turut dicantumkan oleh Founding Fathers-nya PMII? Tidak lain karena PMII bukan hanya Organisasi Mahasiswa yang Religius saja, tetapi juga Nasionalis.

Jadi, PMII adalah pergerakan mahasiswa yang Islam dan yang Indonesia, yang Religius dan yang Nasionalis, yang mendasarkan pada Nilai-nilai Agama Islam dan juga sejarah, cita-cita kemerdekan dan laju perjalanan bangsa Indonesia.

Islam-Indonesia (dua kata digabung) juga bisa dimaknai Islam yang bertransformasi ke ranah Nusantara/Indonesia, Islam Indonesia adalah Islam lokal (bukan Islam Arab secara persis), tetapi nilai universalitas Islam atau prinsip nilai Islam yang 'bersinkretisme' dengan budaya nusantara menjadikan islamnya PMII adalah Islam yang Indonesia. Ini adalah karakter Islam PMII yang sejalan dengan ajaran aswaja.

Secara Globalnya, Nama PMII menjadi suatu perwujudan harapan yang sangat besar untuk dapat menciptakan Kader yang mempunyai integritas diri sebagai Hamba Tuhan yang ber- ‘Dzikir, Fikir, dan Amal Sholeh’ , mampu mengemban amanat sebagai Agen Perubahan dan Kontrol Sosial (Agent of Change & Agent of Control), serta mampu mengemban tanggung jawabnya sebagai Generasi Bangsa yang selalu Dinamis, ber-Intelektual, Religius, dan Nasionalis.

Landasan Ideologis PMII
Dalam Laju pergerakannya, PMII mempunyai Tiga Landasan Ideologis yang dijadikan Pijakan, yakni :

1. Faham Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja)
Aswaja yang dipakai di PMII adalah Aswaja yang ber-Imam pada Abu Hasan Al-Asy’arie dan Abu Mansyur Al-Maturidi, dan Aswaja ini dalam PMII dipakai sebagai Manhaj Al-Fikr (Metode berfikir) dengan Empat Prinsip Dasarnya, yaitu, tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazzun (seimbang) dan Ta’adul (Keadilan).

2. Nilai Dasar Pergerakan (NDP)
NDP adalah merupakan Landasan Ideologis yang benar-benar mencitrakan Jati Diri PMII karena dalam NDP inilah dimuat tujuan perjuangan PMII. NDP terdiri dari Empat Nilai Dasar, yaitu : Tauhid (ke-Tuhan-an), Hablun Minallah (Cinta kepada Allah), Hablun Minannaas (Cinta sesama manusia), dan Hablun Minal Alam (Cinta terhadap Alam Raya). Empat Nilai Dasar inilah yang melandasi tujuan di setiap perjuangan yang dilakukan PMII.

3. Paradigma Kritis Transformatif (PKT)
Demi mencapai Hasil sesuai dengan apa yang diharapkan dalam setiap gerakannya, PMII menggunakan PKT sebagai cara pandangnya, yaitu cara pandang yang tidak hanya mampu mengkritisi dalam kata, akan tetapi lebih jauh lagi mampu mentransformasikan dalam bentuk perjuangan yang nyata.

Tiga Landasan ini secara tidak langsung menggambarkan bahwa PMII dalam setiap Laju Roda Gerakannya menggunakan Konsep-konsep Idealitas dan tidak terpaku pada suatu Ideologi tertentu yang membelenggu Kreatifitas dan kebebasan berfikir kader-kader PMII. Memang, di PMII benar-benar dijunjung tinggi apa yang disebut dengan Kebebasan berfikir (Free Market of Idea). Hal inilah yang menjadikan Kader PMII berkesempatan untuk menjadi dirinya sendiri, bukan menjadi Kader buatan yang selalu dikekang dan diseragamkan pemikirannya.

Lebih lanjut lagi, Konsep-konsep Idealitas inilah yang membuat pergerakan PMII tidak masuk dalam ranah Politik Praktis, karena Kader PMII memang diciptakan sebagai Kader Pelopor (Ulul Albab), yaitu Kader yang mampu menghimpun suatu kelompok dan kemudian mampu menumbuhkan kesadaran di masing-masing Individu dalam kelompok tersebut, bukan Kader yang hanya fasih bicara teori-teori yang ada, ataupun menjadi Kader Pragmatis yang mencari keuntungan buat dirinya sendiri tanpa ingat akan tanggung jawab sosialnya.



Filosofi Lambang PMII
Pencipta lambang : H. Said Budairy

Makna Lambang :
¨ Bentuk :
ð Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa islam terhadap berbagai tantangan dan pengaruh dari luar.
ð Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
ð 5 (lima) bintang sebelah atas, menggambarkan Rasulullah dengan empat sahabat terkemuka (Khulafa’ur Rasyidin)
ð 4 (empat) bintang sebelah bawah menggambarkan empat madzhab yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama’ah.
ð 9 (sembilan) bintang secara keseluruhan dapat berarti ganda, yaitu:
a. Rasulullah dengan empat orang sahabatnya serta empat imam madzhab ASWAJA itu laksana bintang yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi dan penerang umat manusia.
b. Sembilan bintnag juga menggambarkan sembilan orang pemuka penyebar Agama Islam di Indonesia yang disebut Wali Songo.
¨ Warna :
ð biru, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus dimiliki dan digali oleh warga pergerakan, biru juga menggambarkan lautan Indonesia yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan wawasan nusantara.
ð Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu, budi pekerti dan taqwa.
ð kuning, sebagaimana perisai sebelah atas, berarti identitas mahasiswa yang menjadi sifat dasar pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta penuh harapan menyongsong masa depan.

Oleh: Daniel Arifudien
”Tangan Terkepal dan Maju ke Muka”
Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

Post a Comment

 
Top